SEBAGIAN masyarakat mungkin kurang familiar dengan sebutan tanaman ini, Nepenthes. Karena, mereka lebih sering menyebutnya dengan sebutan Kantong Semar. Di Indonesia, Kantong Semar berbeda antara satu daerah dengan daerah lain.
Beberapa nama daerah untuk tanaman inio di antaranya Periuk Monyet (Riau), Kantong Beruk (Jambi), Ketakung (Bangka), Sorok Raja Mantri (Jawa Barat), Ketupat Napu (Dayak Katingan), Telep Ujung (Dayak Bakumpai), Selo Bengongong (Dayak Tunjung) dan masih banyak lagi yg lain.
Tanaman dari hutan yang unik ini, belakangan menjadi tren sebagai tanaman hias komersial di Indonesia. Di Sumatera sendiri, yang paling sering ditemukan spesiesnya, tren ini mulai berlangsung sejak beberapa tahun lalu dan makin marak saat ini. Karena bentuknya yang unik, tanaman ini mulai diperjualbelikan oleh masyarakat.
Kantong Semar adalah genus tanaman yang termasuk dalam famili monotipik. Tanaman yang terdiri atas sedikitnya 103 spesies ini mempunyai keunikan, karena hampir seluruhnya merupakan tanaman carnivora, pemakan daging. Selain carnivora juga memiliki keunikan pada bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya.
Tumbuhan ini mampu hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, pegunungan, hutan gambut, hutan meranggas, gunung kapur hingga padang savana. Tumbuhan tersebut sebagian besar hidup secara empifit, yaitu menempel pada batang atau dahan pohon lain dengan panjang batang mencapai hingga 20 meter. Sementara Kantong Semar yang hidup di daerah savana, umumnya hidup terestrial, tumbuh tegak dengan panjang batang kurang dari 2 meter.
Indikator Iklim Keunikan lain, ada pada cara ia mendapatkan makanan. Bukan dengan akar yang menyerap nutrisi dari tanah, tanaman ini menyerap nutrisi dari serangga yang terjebak di dalam kantongnya. Serangga-serangga malang ini dihancurkan oleh semacam senyawa menyerupai asam lambung lantas dihisap sari-sarinya. Itulah sebabnya ia mampu bertahan di daerah yang tergolong tandus.
Pada umumnya, tumbuhan carnivora ini memiliki sulur pada ujung daunnya. Sulur ini dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk menangkap mangsanya seperti serangga dan kodok. Kantong ini sendiri secara keseluruhan terdiri atas lima bentuk, yaitu tempayan, oval, silinder, corong dang pinggang.
Sewaktu daun masih muda, kantong pemangsa pada Nepenthes tertutup. Lantas, membuka ketika sudah dewasa. Namun bukan berarti kantung flora carnivora ini menutup sewaktu masih muda saja.
Ia menutup diri ketika sedang mengganyang mangsa. Tujuannya supaya proses pencernaan berjalan lancar dan tidak diganggu kawanan musuh, yang siap merebut makanan yang sudah ia peroleh.
Bibir lubang kantong dilengkapi dengan alat penipu. Organ itu berwarna merah serta mampu menebarkan aroma manis. Warna bibir Kantong Semar yang merona serta beraroma manis itu akan memikat dan membuat lengah calon mangsa.
Namun ketika binatang yang terpikat akan tergelincir masuk ke dalam kantung yang licin, si cantik ini akan dengan buas mengunyahnya. Cairan asam (enzim proteolase), yang berada dalam kantong lalu mencerna tubuh mangsa itu. Tubuh mangsa naas itu kemudian diolah menjadi garam Posphat dan Nitrat yang kemudian diserap oleh Kantong Semar.
Manfaat Kantong Semar pun ternyata sangat beragam. Selain sebagai tanaman hias, tanaman ini juga memiliki fungsi yang tidak kalah penting. Di antaranya adalah sebagai indikator iklim. Jika pada suatu kawasan atau areal ditumbuhi oleh Nepenthes gymnamphora, berarti kawasan tersebut tingkat curah hujannya cukup tinggi, kelembaban di atas 75 %, tanahnya pun miskin unsur hara.
Tumbuhan Obat Tanaman ini dapat pula menjadi tumbuhan obat. Cairan dari kantong yang masih tertutup, digunakan sebagai obat batuk. Air rebusan akar dan cairan dalam kantong yang masih tertutup dipakai juga sebagai obat sakit perut, mencegah ngompol, luka bakar dan mengobati sakit mata. Selain itu, Nepenthes juga menjadi sumber air minum bagi petualang ataupun pendaki gunung yang kehausan.
Kantong semar jenis N. gymnamphora merupakan sumber air yang layak minum karena pH-nya netral (6-7) dengan keadaan kantong yang masih tertutup, karena kantong yang terbuka sudah terkontaminasi jasad serangga yang masuk ke dalam, pH-nya 3 dan rasanya masam.
Ada juga masyarakat yang menggunakannya sebagai pengganti tali. Batang dari Kantong Semar ini bisa digunakan sebagai pengganti tali untuk pengikat barang.
Dengan keunikan dan keindahannya, tak salah banyak orang yang ingin memeliharanya. Namun, kebanyakan yang diperjualbelikan khususnya di daerah asalnya Sumatera, masih merupakan Nepenthes yang diambil langsung dari alam, bukan dari hasil penangkaran atau budidaya.
Hal tersebut sangatlah memprihatinkan mengingat habitat asli mereka terancam oleh kebakaran, pembalakan, pembukaan lahan, dan konversi lahan.
Eksploitasi Nepenthes dari alam untuk kepentingan ekonomi semata serta degradasi hutan yang mengancam habitat alami dari Nepenthes, memperburuk keberadaannya di alam. Kantong Semar termasuk tumbuhan yang langka dan mendekati kepunahan. Bahkan LIPI mengumumkan, beberapa spesies tanaman ini sebagai tanaman paling langka di Indonesia.
Karenanya dilindungi berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya. Juga peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Covention of International Trade in Endangered Species (CITES) mengategorikannya dalam Appendix-1 (2 spesies) dan Appendix-2. Itu berarti segala bentuk kegiatan perdagangan sangat dibatasi.
Yang terkadang membuat miris, konon lantaran kekurangpahaman tidak sedikit masyarakat yang mengeksploitasi tanaman tersebut untuk kepentingan bisnis dengan mengambilnya di alam bebas, kemudian menjualnya dengan harga mulai dari Rp 25 ribu.
Relate Post:
Labels:
Other
Posting Komentar
Terima kaseh